Interaksi dan Percampuran
Sastra Pada Masyarakat Islam Baru di Jazirah Arab
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Dir. Al-Mujtama’at Al Aroby
1
Dosen Pengampu:
M. Anwar Mas’ady
![]() |
Disusun oleh:
Ellyn Claudia Roseline 12310008
Sidrotul Laily 12310076
Elok Nur Afiqoh 12310107
Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Humaniora
Universitas Maulana Malik
Ibrahim
Malang
2015
Daftar Isi
Abstrak ……………………………………………………………………….. 2
BAB I ……………………………………………………………………….. 3
Latar belakang ……………………………………………………………………….. 3
Rumusan masalah ……………………………………………………………….. 3
Tujuan pembahasan ……………………………………………………………….. 3
BAB II Pembahasan ……………………………………………………………….. 4
1.1
Perkembangan
sastra jahiliy ……………………………………………….. 4
1.1.1
Pengertian
Sastra ……………………………………………….. 4
1.1.2
Sastra
Arab pra Islam ……………………………………………….. 4
1.1.3
Ciri-ciri
umum sastra jahiliy ……………………………………….. 5
1.1.4
Faktor-faktor
pendorong perkembangan sastra jahiliy ……………….. 5
1.2
Sastra
Arab Shadr Islam ……………………………………………………….. 7
1.2.1
Faktor-faktor
pendorong perkembangan sastra Jahiliy pada masa Shadr Islam ………………………………………………………… 7
1.3
Masa
Umayyah dan Abbasiyah ……………………………………………….. 8
1.3.1
Pengaruh
Filsafat dan Kebudayaan Masa Umayyah ……………….. 8
1.3.2
Pengaruh
Filsafat dan Kebudayaan Masa Abbasiyah ……………….. 9
1.3.3
Kemajuan
Intelektual Masa Umayyah dan Abbasiyah ……………….. 10
1.3.4
Faktor-faktor
yang mempengaruhi akulturasi sastra Umayyah dan Abbasiyah …………………………………………………… 10
BAB III Penutup ………………………………………………………………. 11
Kesimpulan ………………………………………………………………. 11
Daftar Pustaka ………………………………………………………………. 12
Abstrak
Bahasa terkadang merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk
menyampaikan pesan yang tak
bisa disampaikan secara langsung. Sastra
merupakan produk dari fikiran manusia yang disampaikan dengan bahasa yang
indah, baik itu menggambarkan alam, kehidupan serta social pada masa itu.
Bermula dari sastra jahily, dimana ara sastrawan dapat menggambarkan alam
dengan bagus, pemilihan lafadz yang sesuai lalu dinamika sastra terus beralih
ke genre sastra yang mempercantik bahasanya dengan lafadz-lafadz yang lebih
panjang namun tetap bersajak dan memiliki wazan dan qofiyah yang jelas, hingga
sampailah pada masa golden age yang merupakan zaman keemasannya ilmu termasuk
sastra. Sastra selalu berkembang tidak
lain karena interaksi masyarakatnya.
Perkembangan sastra jahily maki meluas dengan tirunnya al-qur’an yang merupakan
karya sastra paling indah, lalu pada masa Umayyah sastranya banyak dipengaruhi
unsur politik karena ergolakan politik yang terus saja terjadi dan hingga pada
masa Abbasiyah, Persia merupakan yang paling dominan mempengaruhi masa ini.
Kata kunci: interaksi, perkembangan sastra
arab.
Latar Belakang
Sastra
merupakan suatu kebanggaan bagi Bangsa Arab dimana masyarakat Arab sebelum
Islam memiliki karakteristik solidaritas yang tinggi, berkata jujur dan tulus.
Jadi tidak dipungkiri bahwa setiap perkataan sanjungan dan celaan mereka
mengandung unsur kebahasaan dan kesusastraan yang sangat luar biasa. Dengan
kondisi alam yang mengharuskan mereka hidup dalam keadaan pontang-panting,
menjadikan mereka bagus dalam menggambarkan kehidupan dalam bentuk karya
sastra. Pemilihan lafadz yang bagus, fonologi yang sesuai serta keindahan makna
karya sastra tak begitu sempurna jika dibandingkan dengan al-qur’an.
Al
qur’an merupakan karya sastra terindah dan terlengkap yang ada didunia.
Dinamika kehidupan sastra selalu membawa inovasi tersendiri dalam bidang
sastra. Jika sebelum islam, cakupan makna karya sastra hanya sebatas kehidupan,
penggambaran fenomena alam namun ketika al-qur’an diturunkancakupan maknany
menjadi lebih luas. Genre sastrapun bertambah banyak ketika masa Umayyah dan
Abbasiyah. Disiplun ilmu sastrapun berkembang pada masa ini dan melahirkan
sastrawan-sastrawan terkemuka yang selalu terdengar sepanjang sejarah.
Tujuan
kelompok kami membahas tema ini adalah tidak lain betapa sastra juga berkembang
denga pengaruh-pengaruh agama. Budaya serta interaksi dengan Negara lain hingga
melahirkan karya sastra genre-genre baru yang membawa perkembangan sejarah
sastra.
Rumusan Masalah
- Bagaimana perkembangan sastra jahily?
- Faktor apa yang melatarbelakangi berkembangnya sastra jahiliy pada masa sodrul islam?
- Bagimana pengaruh filsafat dan kebudayaan persia pada masa Umayyah?
- Bagaimana pengaruh filsafat dan kebudayaan persia pada masa Abbasiyah?
- Faktor apa yang menyebabkan akulturasi sastra Umayyah dan Abbasiyah?
Tujuan Pembahasan
- Mengetahui perkembangan sastra jahily
- Mengetahui faktor yang melatabelakangi berkembangnya sastra jahiliy pada masa sodrul islam
- Mengetahui pengaruh filsafat dan kebudayaan persia pada masa Umayyah
- Mengetahui pengaruh filsafat dan kebudayaan persia pada masa Abbasiyah
- Mengetahui faktor yang menyebabkan faktor akulturasi sastra Umayyah dan Abbasiyah
BAB
I
Pembahasan
1.1
Perkembangan
Sastra Jahiliy
1.1.1
Pengertian
Sastra
Ilmu
sastra adalah beberapa disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan dan hubungan
langsung dengan kajian sastra (Muzakki.2006: 25).
Menurut
toha husen kata adab merupakan derivatif atau (istiqoq) dari kata Al Adabu yang
berarti undangan kepesta . sementara menurut Nalino, Al- Adbu berarti tradisi.
Bentuk jamak dari adbun adalah ad’aab, setelah mengalami proses morfemis(i’lal)
berubah menjadi adab.(Muzakki.2006:30)
Menurut Juzif al-hasyim beberapa definisi modern
tentang sastra adalah sebagai berikut :
الأدب صياغة فنية لتجربة بشرية
“Sastra adalah ungkapan puitis tentang berbagai
pengalaman manusia”
الأدب تعبير عن الحياة وسيلته اللغة
“Sastra adalah ungkapan tentang kehidupan dengan
menggunakan bahasa sebagai sarananya”
الأدب من مولدات الفكر البشري المعبر
عنها بأسلوب فنى جميل
“Sastra adalah hasil pemikiran manusia yang
diungkapkan dengan ungkapan yang mengandung seni dan keindahan”
الأدب فن التعبير الجميل
“Sastra adalah seni ungkapan yang indah”
Dari berbagai definisi
yang telah disebutkan semuanya sepakat pada kesimpulan bahwa pengertian sastra
yang telah disepakati adalah seni ungkapan kata yang indah. (wargadinata dan
fitriani. 2008: 19)
1.1.2
Sastra Arab Pra Islam
Sastra
Jahiliyah adalah Batasan waktu zaman jahiliyah adalah 150 sampai 200 tahun
sebelum kedatangan Islam. Selama ini banyak orang memahami bahwa zaman jahilyah
meliputi seluruh waktu dan masa sebelum islam atau yang disebut masa Pra Islam.
Tetapi bagi para pengkaji sastra Arab, masa jahiliyah dapat dilacak sampai 150
tahun sebelum kenabian(Wargadinata Dan Fitriani. 2008:77).
Pada
tahun itu adalah masa di mana bahasa Arab mengalami kematangan dan puisi jahili
mengalami kematangan. Pada masa jahili (pra islam) sudah ada dan terdapat
tradisi keilmuaan yang tinggi yakni bersyair dan penyair. Syair-syair yang
dihasilkan pada masa ini disebut dengan “muallaqat”. Dinamakan muallaqat
(kalung perhiasan) karena indahnya puisi-puisi tersebut menyerupai perhiasan yang
dikalungkan oleh seorang wanita. Sedangkan secara umum muallaqat mempunyai arti
yang tergantung, sebab hasil karya syair yang paling indah dimasa itu, pasti
digantungkan di sisi Ka’bah sebagai penghormatan bagi penyair atas hasil
karyanya. Dan dari dinding Ka’bah inilah nantinya masyarakat umum akan
mengetahuinya secara luas.
1.1.3
Ciri-ciri Umum Sastra Jahiliy
Kampung badui adalah
lingkungan puisi jahily karena itu puisi
jahiliy merupakan cermin kehidupan badawiyah yang berkisar antara onta dan
reruntutan kampung meskipun demikian,para penyair besar dikota-kota berasal
dari kampung badui,para pakar jahilyah zaman islam mengakui kehebatan para
penyair badui. Dari segi makna, ciri-ciri puisi jahiliyah adalah sebagai
berikut :
1.
Jujur
2.
ringkas
3.
Kesederhanaan
4.
Romantis
1.1.4
Faktor-faktor Pendorong Perkembangan Sastra Jahiliy
Ada
banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan sastra yaitu :
1. Iklim
dan tabiat alam
Puisi
jahiliy terpengaruh begitu kuat dengan alam padang pasir dan kehidupan kaum
badui, kata-kata keras menggambarkan kehidupan yang keras, kesunyian, dan kerinduan.
2. Ciri
khas etnik, bangsa arab menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji
sastra.
3. Peperangan
4. Faktor
kemakmuran dan kemajuan
5. Agama
6. Ilmu
pengetahuan
7. Politik
8. Interaksi
dengan berbagai bangsa dan budaya.
Dari
beberapa faktor yang disebutkan di atas,untuk perkembangan sastra zaman jahily,
ada dua faktor lain yang paling dominan yang sangat mempengaruhi perkembangan
sastranya yaitu pasar sastra dan ayyam al-Arab.
1. Pasar Sastra (al-Aswaq)
Ada dua macam pasar di jazirah Arab, yaitu: pasar umum dan pasar khusus atau lokal
(Mahallah), atau pasar luar dan pasar dalam. Berikut akan dijielaskan beberapa pasar
yang terkenal di jazirah Arab.
1.
Ukaz : pasar ini dimulai sejak tanggal 1 sampai 20
DzulQa’dah
2.
Mujannah : pasar ini dimulai sejak tanggal 20 sampai
30 DzulQa’dah
3.
DzulMajaz : dimulai pada awal bulan DzulQa’dah sampai tanggal
8 atau hari tarwiyah
4.
Khaibar : dilaksanakan setelah musim haji sampai pada akhir
bulan muharram.
2.
Ayyam al-‘Arab
Salah satu fenomenasosial yang
menggejala di Arab menjelang kelahiran Islam adalah apa
yang dikenal dengan sebutan
“hari-hari orang Arab” (ayyam al-Arab). Ayyam al-‘Arab merujuk pada permusuhan antarsuku
yang secara umum muncul akibat persengketaan seputar hewan ternak, padang rumput,
atau mata air Persengketaan itu menyebabkan seringnya terjadi perampokan dan penyerangan,
memunculkan sejumlah pahlawan lokal, para pemenang dari suku-suku yang
bersengketa, serta menghasilkan perang syair yang penuh kecaman di antara penyair
yang berperan sebagai juru bicara setiap pihak yang bersengketa. Meskipun selalu
siap berperang, orang-orang Badui tidak serta-merta berani mati. Jadi,
mereka bukanlah manusia haus darah seperti
yang mungkin dikesankan dari kisah-kisah
yang kita baca. Meskipun demikian,
Ayyam al-‘Arab merupakan cara alami untuk mengendalikan jumlah populasi
orang – orang Badui, yang biasanya hidup dalam kondisi
semi kelaparan, dan yang telah menjadikan peperangan sebagai jati diri dan watak sosial.
Berkat Ayyam al-‘Arab itulah pertarungan antar suku menjadi salah satu institusi sosial keagamaan dalam kehidupan mereka.
Rangkaian peristiwa dari
masing-masing hari ini, seperti yang diriwayatkan kepada kita, kurang lebih mengikuti
pola yang sama. Pada mulanya, sengketa hanya melibatkan segelintir orang yang
menyebabkan munculnya sengketa perbatasan dan penghinaan terhadap seseorang. Pertikaian
itu kemudian menjadi persoalan seluruh suku. Perdamaian biasanya berakhir setelah
ada campur tangan dari pihak yang netral. Suku yang menderita korban lebih sedikit
akan membayar sejumla huang tebusan kepada suku lawannya sesuai dengan selisih korban.
Kenangan akan para pahlawan akan tetap hidup selama berabad-abad kemudian
(Hitti. 2013: 110).
Ayyam al- ‘Arab menjadi media
yang cukup efektif bagi pengembangan tema-tema Syi’r
Arab. Peran penyair dalam peperangan sangat besar;
sebagai motivator atau untuk menjatuhkan lawan secara psikologis dengan Syi’r-Syi’r hija’nya
yang pedas.Syi’r-Syi’r legendaris juga banyak lahir dari medan perang seperti Syi’r-Syi’rnya Antarah,
Syanfara dan lain-lainnya.
1.2
Sastra
Arab Shodr Islam
1.2.1
Faktor
Pendorong Perkembangan Sastra Jahiliy pada Masa Shodr Islam
Keberadaan sastra pada masa
awal Islam dikenal dengan adab al-Mudharamain, sebuah karya sastra yang
berkembang atau muncul pada dua masa, yaitu masa Jahiliyah dan awal Islam.
Jenis sastra Arab ini memiliki karakteristik sejarah dab nilai yang sangat
besar, karena jenis sastra ini hidup pada masa jahiliyah serta menggambarkannya
dengan sangat detail, yaitu berpindahnya dari kehidupan jahiliyah pada
kehidupan Islam. (Wildana dan Laily, 2008: 239).
Secara garis besar, kondisi
geografis dan etnis adalah faktor yang cukup berpengaruh dalam perkembangan
sastra khususnya pada masa jahiliyah. Menurut Juzif al-Hasyim (1968: 23) dalam
bukunya al-Mufid, ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan sastra,
yaitu: pertama adalah iklim dan tabiat alam. Puisi jahily terpengaruh begitu
kuat dengan alam padang pasir dan kehidupan kaum badui, kata-katanya keras menggambarkan
kehidupan yang keras, kesunyian, kerinduan. Uslubnya mirip-mirip antara penyair
satu dengan yang lain yang merupakan refleksi dari pemandangan gurun hamper
sama, imajinasi penuh dengan kesederhanaan. Kedua adalah ciri khas etnik,
bangsa Arab menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra.
1.3
Masa
Umayyah dan Abbasiyah
1.3.1 Pengaruh Filsafat dan
Kebudayaan Masa Umayyah
Pada masa Umayyah, masyarakat di seluruh
kerajaan dibagi menjadi 4 kelas sosial. Kelas pertama ditempati para penguasa,
kelas kedua adalah para muallaf non arab , kelas ketiga adalah anggota
sekte-sekte dan para pemilik kitab suci yang diakui dan kelas terendah adalah
kelas para budak (Wargadinata dan fitriani. 2008: 230), sehingga banyak
menimbulkan pergolakan. Sejak awal pemerintahan yang merupakan hasil tipu daya
hingga menyebabkan perpecahan
kelompok-kelompok dalam islam. Selain itu, pengaruh dari luar kerajaan seperti
kerajaan Romawi, Persia, Turki dan lain-lain yang sangat kuat sehingga
memunculkan banyak terjadinya pemberontakan.
Pada
masa Umayyah juga pemerintah lebih fokus pada futuhat al islamiyah, penaklukan
wilayah-wilayah yang belum islam. Tercatat bahwa daerah kekuasaan umayyah
sangatlah luas pada masanya. Perkembangan filsafat islam bermula pada filsafat Yunani.
Ekspansi Iskandar Agung ke wilayah Persia yang menjadikan adanya pengaruh
filsafat yunani dan budayanya di Persia. Iskandar agung tidak menghancurkan
kebudayaan persia namun sebaliknya lebih ke arah menyatukan kebudayaan dua
kerajaan ini. Hingga berkembanglah berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di
Persia. Telah dikenal bahwa Persia memiliki peradaban tinggi dan merupakan
tempat pembibitan peradaban manusia sejak awal.
Tapi
tak nampak pengaruh Persia dalam kekuasaan Umayyah, karena mereka menomor satukan
orang arab serta ibu kota daulah inipun masih dikuasai orang arab. Persia
adalah orang non-arab dan sebutan untuk orang non-arab adalah mawali. Khalifah-khalifah
Umayyah mengangap bahwa kaum mawali tak
pantas masuk ke dunia pemerintah, menurut mereka kaum mawali itu sama seperti
budak. Walaupun bisa dikatakan tidak ada pengaruh dari bagsa Persia selama
kekuasaan umayyah, tapi sastra tetap berkembang dapat dilihat dari munculya
disiplin ilmu sastra seperti ma’ani, bayan serta badi’. Namun pada masa ini
muncul tujuan baru berpuisi, yaitu:
1. Puisi
politik
Puisis
politik pertama kali dibuat oleh Miskin Darimi yang diminta untuk mengubah dan
membacakan di depan publik bait-bait puisi untuk merayakan pengangkatan yazid
sebagai khalifah.( Hitti. 2010:315)
Munculnya
berbagai golongan yang saling membanggakan, mendukung juga memicu berkembangnya
tujuan puisi ini. Pada setiap golongan terdapat penyairnya masing-masing,
seperti Qottori Ibnu Fuja’ah yang merupakan penyair dari golongan khawarij.
2. Puisi polemik
Adalah jenis puisi yang menggabungkan antara kebanggaan, pujaan
dan celaaan.(Wargadinata dan fitriani. 2008:285)
3. Puisi
cinta
Ada dua jenis puisi ini yaitu puisi kebebasan
cinta yang berkembang di perkotaan, mereka bebas menceritakan tentang
sifat-sifat tubuh dan petualangan cinta sedangkan yang kedua puisi cinta murni
tanpa hasrat yang menceritakan kesedihan dan kepedihan karena cinta. Seperti
Qais Ibnu Al Mulawwih dengan qais dan lailanya.
1.3.2 Pengaruh Filsafat dan
Kebudayaan Masa Abbasiyah
Daulah Abbasiyah meneruskan daulah Umayyah.
Pada masa Umayyah, orang Abbasiyah dan Persia serta mawali berada dalam ketidak
adilan. Sehingga memunculkan inisiatif Abul Abbas As-Saffah yang merupakan
pendiri daulah abbasiyah untuk melakukan pemberontakan yang dibantu orang
Persia dan menghasilkan kemenangan. Bantuan dari Persia menjadikan
khalifah-khalifah Abbasiyah tak memandang sebelah mata bangsa Persia seperti khalifah-khalifah umayyah.
Daulah Abbasiyah disebut dengan golden age karena peradaban ilmu sangat tinggi
pada masa ini, selain itu khalifah –khalifah pada masa ini juga sangat
mencintai ilmu dan berkontribusi sangat besar pada bidang illmu.
Politik
yang digunakan khalifah Abbasiyah berganti-ganti sesuai dengan keadaan masyarakatnya.
Kebijakan pada kaum mawali yang dibolehkan memasuki bidang pemerintahanpun
semakin memperkokoh kekuasaannya. Khalifah adalah orang arab, dewan dewan dalam
pemerintahan adalah orang persia dan mawali. Jadi masa ini, banyak terdapat
akulturasi antara abbasiyah dan Persia. Sistem pemerintahan yang meniru yunani
Persia serta perkembangan ilmu filsafat yang menciptakan filsuf-filsuf klasik
yang namanya tetap harum sepanjang sejarah filsafat. Akulturasi filsafat yunani Persia dan
abbasiyah melahirkan filsafat islam yang bercirikan religious. Diantaranya
filsuf-filsuf islam alkindi, al farabi dan ibnu sina.
Ada
dua faktor mengapa masuknya budaya Persia:
1. Pembentukan
sistem pemerintahan
2. Pindahnya
ibu kota ke Baghdad yang jauh dari arab dan dekat dengan Persia
Perkembangan
sastra juga sangat pesat pada masa ini,
ditandai dengan adanya madrasah nidzomiyah yang merupakan tempat khusus
belajar sastra. Demikianlah bangsa Persia lebih banyak berasimilasi dengan
daulah Abbasiyah ketimbang Umayyah.
1.3.3 Kemajuan
Intelektual Masa Umayyah dan Abbasiyah
Kemajuan
intelektual paling penting selama periode Dinasti Umayyah terjadi dalam bidang
penulisan puisi. Fakta bahwa kelahiran Islam tidak mendukung aktivitas
kepenyairan terbukti dari tiadanya gairah para penyair untuk menggubah syair
ketika Islam mendapatkan sukses gemilang selama masa penaklukan dan perluasan,
sehingga gambaran Arab sebagai “negeri para penyair” tidak tampak sama sekali.
Dengan naiknya Dinasti Umayyah ke panggung kekuasaan, keterkaitan lama dengan
dewi-dewi anggur, lagu, dan puisi kembali dibangun. Untuk pertama kalinya
penyir cinta benar-benar menampakkan eksistensinya dalam literature Arab.
Sementara kebanyakan para penulis pra-Islam menyisipkan kata pengantar pada
syair-syair panjang (qashidah) mereka dengan beberapa bait bernuansa erotis,
tidak satupun dari mereka dapat dikatakan memiliki kecakapan khusus menggubah
puisi cinta (ghazal). (Hitti, 2014: 313)
Tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa zaman Bani
Umayyah tidak memiliki kegemilangan ilmu pengetahuan. Karena Bani Umayyah
adalah penyebab Bani Abbasiyah memiliki limpahan ilmu pengetahuan di bidang
agama, bahasa Arab, maupun sejarah. Itulah yang menyebabkan masa Harun Ar- Rasyid memilki limpahan ilmu
pengetahuan, baik bahasa, sastra, dan penerjemahan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. (Yusuf, 2007: 53). Sastra Arab mulai dikembangkan oleh Jahiz (w.
868-869), guru para sstrawan Baghdad, dan mencapai puncaknya pada abad ke-4 dan
ke-5 Hijriyah melalui karya-karya Badi al-Zaman al-Hamadzani, al-Tsa’labi dan
Naisaburi, da al-Hariri. (Hitti, 2014: 504).
1.3.4 Faktor
yang Mempengaruhi Akulturasi Sastra Umayyah dan Abbasiyah
Menjalin Hubungan dengan Bangsa Lain (Al
Ittishal Al Syu’ab)akan melahirkan pertukaran pemikiran, seni, dan sebagainya,
sehingga diantara keduanya bisa saling member informasi. Kemajuan peradaban
Daulah Abbasiyah di Baghdad dan Daulah Umayyah di Cordova merupakan hasil
percampuran bangsa yang beraneka ragam.
Peristiwa ini memengaruhi pemikiran sastrawan
dalam mewujudkn tema yang akan ditungkan, seperti yang pernah dilakukan Basyar,
Abu Nuwas, Ibn Al-Rumi, dan sebagainya.
BAB III
Penutup
Kesimpulan
Kesusastraan yang digunakan pada masa jahiliy dengan
masa setelahnya yaitu masa Shodr Islam, Masa Umayyah, dan Masa Abbasiyah sangat
jauh berbeda. Karena sudah terlihat dari gaya bahasa yang mereka gunakan dengan
berbagai faktor yang melatar belakanginya baik itu pearadaban dan sosialitas
ataupun dengan menjalin interaksi atau hubungan dengan kelompok atau bangsa
lain.
Kemajuan intelektual pada masa Umayyah dan Abbasiyah
berkembang pesat dengan adanya berbagai bidang ilmu pengetahuan baik linguistic
maupun sastra.
Daftar Pustaka
Hitti, Philip k. 2010. History of the Arabs. Jakarta:
Serambi Ilmu Semesta.
Muzakki, Ahmad. 2006. Kesusastraan Arab
Pengantar Teori dan Terapan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Al-isy, Yusuf. 2007. Dinasti Abbasiyah. Jakarta
Timur: Pustaka Al Kautsar.
Hitti, Philip k. 2014. History of the Arabs.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Wargadinata, Wildana dan Laily Fitriani. 2008.
Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN-Malang Press
Al-Hasyim, Juzif. 1968. Al-Mufid.
Beirut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar