بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Senin, 11 Mei 2015

Interaksi dan Percampuran Sastra Pada Masyarakat Islam Baru di Jazirah Arab



Interaksi dan Percampuran Sastra Pada Masyarakat Islam Baru di Jazirah Arab

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Dir. Al-Mujtama’at Al Aroby 1

Dosen Pengampu:
M. Anwar Mas’ady

Description: C:\Users\Asus\Documents\LOgo UIN Malang\Logo_UIN_Maulana_Malik_Ibrahim_Malang.jpg
 















Disusun oleh:
Ellyn Claudia Roseline           12310008
Sidrotul Laily                          12310076
Elok Nur Afiqoh                     12310107

Bahasa dan Sastra Arab
Fakultas Humaniora
Universitas Maulana Malik Ibrahim
Malang
2015
 

Daftar Isi

Abstrak           ………………………………………………………………………..          2
BAB I             ………………………………………………………………………..          3
Latar belakang            ………………………………………………………………………..          3
Rumusan masalah       ………………………………………………………………..          3
Tujuan pembahasan     ………………………………………………………………..          3
BAB II Pembahasan   ………………………………………………………………..          4
1.1  Perkembangan sastra jahiliy          ………………………………………………..          4
1.1.1        Pengertian Sastra              ………………………………………………..          4
1.1.2        Sastra Arab pra Islam        ………………………………………………..          4
1.1.3        Ciri-ciri umum sastra jahiliy          ………………………………………..          5
1.1.4        Faktor-faktor pendorong perkembangan sastra jahiliy     ………………..          5
1.2  Sastra Arab Shadr Islam   ………………………………………………………..          7
1.2.1        Faktor-faktor pendorong perkembangan sastra Jahiliy pada masa Shadr Islam      …………………………………………………………        7
1.3  Masa Umayyah dan Abbasiyah    ………………………………………………..          8
1.3.1        Pengaruh Filsafat dan Kebudayaan Masa Umayyah      ………………..          8
1.3.2        Pengaruh Filsafat dan Kebudayaan Masa Abbasiyah     ………………..          9
1.3.3        Kemajuan Intelektual Masa Umayyah dan Abbasiyah   ………………..          10
1.3.4        Faktor-faktor yang mempengaruhi akulturasi sastra Umayyah dan Abbasiyah     ……………………………………………………    10
BAB III Penutup        ……………………………………………………………….           11
Kesimpulan                 ……………………………………………………………….           11
Daftar Pustaka                        ……………………………………………………………….           12





Abstrak
Bahasa terkadang merupakan alat komunikasi yang paling efektif untuk menyampaikan pesan yang tak bisa disampaikan secara langsung. Sastra merupakan produk dari fikiran manusia yang disampaikan dengan bahasa yang indah, baik itu menggambarkan alam, kehidupan serta social pada masa itu. Bermula dari sastra jahily, dimana ara sastrawan dapat menggambarkan alam dengan bagus, pemilihan lafadz yang sesuai lalu dinamika sastra terus beralih ke genre sastra yang mempercantik bahasanya dengan lafadz-lafadz yang lebih panjang namun tetap bersajak dan memiliki wazan dan qofiyah yang jelas, hingga sampailah pada masa golden age yang merupakan zaman keemasannya ilmu termasuk sastra. Sastra selalu berkembang tidak lain karena interaksi masyarakatnya. Perkembangan sastra jahily maki meluas dengan tirunnya al-qur’an yang merupakan karya sastra paling indah, lalu pada masa Umayyah sastranya banyak dipengaruhi unsur politik karena ergolakan politik yang terus saja terjadi dan hingga pada masa Abbasiyah, Persia merupakan yang paling dominan mempengaruhi masa ini.
Kata kunci: interaksi, perkembangan sastra arab.





Latar Belakang
Sastra merupakan suatu kebanggaan bagi Bangsa Arab dimana masyarakat Arab sebelum Islam memiliki karakteristik solidaritas yang tinggi, berkata jujur dan tulus. Jadi tidak dipungkiri bahwa setiap perkataan sanjungan dan celaan mereka mengandung unsur kebahasaan dan kesusastraan yang sangat luar biasa. Dengan kondisi alam yang mengharuskan mereka hidup dalam keadaan pontang-panting, menjadikan mereka bagus dalam menggambarkan kehidupan dalam bentuk karya sastra. Pemilihan lafadz yang bagus, fonologi yang sesuai serta keindahan makna karya sastra tak begitu sempurna jika dibandingkan dengan al-qur’an.
Al qur’an merupakan karya sastra terindah dan terlengkap yang ada didunia. Dinamika kehidupan sastra selalu membawa inovasi tersendiri dalam bidang sastra. Jika sebelum islam, cakupan makna karya sastra hanya sebatas kehidupan, penggambaran fenomena alam namun ketika al-qur’an diturunkancakupan maknany menjadi lebih luas. Genre sastrapun bertambah banyak ketika masa Umayyah dan Abbasiyah. Disiplun ilmu sastrapun berkembang pada masa ini dan melahirkan sastrawan-sastrawan terkemuka yang selalu terdengar sepanjang sejarah.
Tujuan kelompok kami membahas tema ini adalah tidak lain betapa sastra juga berkembang denga pengaruh-pengaruh agama. Budaya serta interaksi dengan Negara lain hingga melahirkan karya sastra genre-genre baru yang membawa perkembangan sejarah sastra.

Rumusan Masalah
  1. Bagaimana perkembangan sastra jahily?
  2. Faktor apa yang melatarbelakangi berkembangnya sastra jahiliy pada masa sodrul islam?
  3. Bagimana pengaruh filsafat dan kebudayaan persia pada masa Umayyah?
  4. Bagaimana pengaruh filsafat dan kebudayaan persia pada masa Abbasiyah?
  5. Faktor apa yang menyebabkan akulturasi sastra Umayyah dan Abbasiyah?
Tujuan Pembahasan
  1. Mengetahui perkembangan sastra jahily
  2. Mengetahui faktor yang melatabelakangi berkembangnya sastra jahiliy pada masa sodrul islam
  3. Mengetahui pengaruh filsafat dan kebudayaan persia pada masa Umayyah
  4. Mengetahui pengaruh filsafat dan kebudayaan persia pada masa Abbasiyah
  5. Mengetahui faktor yang menyebabkan faktor akulturasi sastra Umayyah dan Abbasiyah
BAB I
Pembahasan

1.1  Perkembangan Sastra Jahiliy
1.1.1        Pengertian Sastra
Ilmu sastra adalah beberapa disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan dan hubungan langsung dengan kajian sastra (Muzakki.2006: 25).
Menurut toha husen kata adab merupakan derivatif atau (istiqoq) dari kata Al Adabu yang berarti undangan kepesta . sementara menurut Nalino, Al- Adbu berarti tradisi. Bentuk jamak dari adbun adalah ad’aab, setelah mengalami proses morfemis(i’lal) berubah menjadi adab.(Muzakki.2006:30)
Menurut Juzif al-hasyim beberapa definisi modern tentang sastra adalah sebagai berikut :
الأدب صياغة فنية لتجربة بشرية
“Sastra adalah ungkapan puitis tentang berbagai pengalaman manusia”
الأدب تعبير عن الحياة وسيلته اللغة
“Sastra adalah ungkapan tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa sebagai sarananya”
الأدب من مولدات الفكر البشري المعبر عنها بأسلوب فنى جميل
“Sastra adalah hasil pemikiran manusia yang diungkapkan dengan ungkapan yang mengandung seni dan keindahan”
الأدب فن التعبير الجميل 
“Sastra adalah seni ungkapan yang indah”
Dari berbagai definisi yang telah disebutkan semuanya sepakat pada kesimpulan bahwa pengertian sastra yang telah disepakati adalah seni ungkapan kata yang indah. (wargadinata dan fitriani. 2008: 19)

1.1.2        Sastra Arab Pra Islam
Sastra Jahiliyah adalah Batasan waktu zaman jahiliyah adalah 150 sampai 200 tahun sebelum kedatangan Islam. Selama ini banyak orang memahami bahwa zaman jahilyah meliputi seluruh waktu dan masa sebelum islam atau yang disebut masa Pra Islam. Tetapi bagi para pengkaji sastra Arab, masa jahiliyah dapat dilacak sampai 150 tahun sebelum kenabian(Wargadinata Dan Fitriani. 2008:77).
Pada tahun itu adalah masa di mana bahasa Arab mengalami kematangan dan puisi jahili mengalami kematangan. Pada masa jahili (pra islam) sudah ada dan terdapat tradisi keilmuaan yang tinggi yakni bersyair dan penyair. Syair-syair yang dihasilkan pada masa ini disebut dengan “muallaqat”. Dinamakan muallaqat (kalung perhiasan) karena indahnya puisi-puisi tersebut menyerupai perhiasan yang dikalungkan oleh seorang wanita. Sedangkan secara umum muallaqat mempunyai arti yang tergantung, sebab hasil karya syair yang paling indah dimasa itu, pasti digantungkan di sisi Ka’bah sebagai penghormatan bagi penyair atas hasil karyanya. Dan dari dinding Ka’bah inilah nantinya masyarakat umum akan mengetahuinya secara luas.

1.1.3        Ciri-ciri Umum Sastra Jahiliy
Kampung badui adalah lingkungan  puisi jahily karena itu puisi jahiliy merupakan cermin kehidupan badawiyah yang berkisar antara onta dan reruntutan kampung meskipun demikian,para penyair besar dikota-kota berasal dari kampung badui,para pakar jahilyah zaman islam mengakui kehebatan para penyair badui. Dari segi makna, ciri-ciri puisi jahiliyah adalah sebagai berikut :
1.      Jujur
2.      ringkas
3.      Kesederhanaan
4.      Romantis

1.1.4        Faktor-faktor Pendorong Perkembangan Sastra Jahiliy
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan sastra yaitu :
1.      Iklim dan tabiat alam
Puisi jahiliy terpengaruh begitu kuat dengan alam padang pasir dan kehidupan kaum badui, kata-kata keras menggambarkan kehidupan yang keras, kesunyian, dan kerinduan.
2.      Ciri khas etnik, bangsa arab menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra.
3.      Peperangan
4.      Faktor kemakmuran dan kemajuan
5.      Agama
6.      Ilmu pengetahuan
7.      Politik
8.      Interaksi dengan berbagai bangsa dan budaya.
Dari beberapa faktor yang disebutkan di atas,untuk perkembangan sastra zaman jahily, ada dua faktor lain yang paling dominan yang sangat mempengaruhi perkembangan sastranya yaitu pasar sastra dan ayyam al-Arab.
1.      Pasar Sastra (al-Aswaq)
          Ada dua macam pasar di jazirah Arab, yaitu: pasar umum dan pasar khusus atau lokal (Mahallah), atau pasar luar dan pasar dalam. Berikut akan dijielaskan beberapa pasar  yang terkenal di jazirah Arab.
1.      Ukaz : pasar ini dimulai sejak tanggal 1 sampai 20 DzulQa’dah
2.      Mujannah : pasar ini dimulai sejak tanggal 20 sampai 30 DzulQa’dah
3.      DzulMajaz : dimulai pada awal bulan DzulQa’dah sampai tanggal 8 atau hari tarwiyah
4.      Khaibar : dilaksanakan setelah musim haji sampai pada akhir bulan muharram.

2.      Ayyam al-‘Arab
Salah satu fenomenasosial yang menggejala di Arab menjelang kelahiran Islam adalah apa yang dikenal dengan sebutan “hari-hari orang Arab” (ayyam al-Arab). Ayyam al-‘Arab merujuk pada permusuhan antarsuku yang secara umum muncul akibat persengketaan seputar hewan ternak, padang rumput, atau mata air Persengketaan itu menyebabkan seringnya terjadi perampokan dan penyerangan, memunculkan sejumlah pahlawan lokal, para pemenang dari suku-suku yang bersengketa, serta menghasilkan perang syair yang penuh kecaman di antara penyair yang berperan sebagai juru bicara setiap pihak yang bersengketa. Meskipun selalu siap berperang, orang-orang Badui tidak serta-merta berani mati. Jadi, mereka bukanlah manusia haus darah seperti yang mungkin dikesankan dari kisah-kisah yang kita baca. Meskipun demikian, Ayyam al-‘Arab merupakan cara alami untuk mengendalikan jumlah populasi orang – orang Badui, yang biasanya hidup dalam kondisi semi kelaparan, dan yang telah menjadikan peperangan sebagai jati diri dan watak sosial. Berkat Ayyam al-‘Arab itulah pertarungan antar suku menjadi salah satu institusi sosial keagamaan dalam kehidupan mereka.
Rangkaian peristiwa dari masing-masing hari ini, seperti yang diriwayatkan kepada kita, kurang lebih mengikuti pola yang sama. Pada mulanya, sengketa hanya melibatkan segelintir orang yang menyebabkan munculnya sengketa perbatasan dan penghinaan terhadap seseorang. Pertikaian itu kemudian menjadi persoalan seluruh suku. Perdamaian biasanya berakhir setelah ada campur tangan dari pihak yang netral. Suku yang menderita korban lebih sedikit akan membayar sejumla huang tebusan kepada suku lawannya sesuai dengan selisih korban. Kenangan akan para pahlawan akan tetap hidup selama berabad-abad kemudian (Hitti. 2013: 110).
Ayyam al- ‘Arab menjadi media yang cukup efektif bagi pengembangan tema-tema Syi’r Arab. Peran penyair dalam peperangan sangat besar; sebagai motivator atau untuk menjatuhkan lawan secara psikologis dengan Syi’r-Syi’r hija’nya yang pedas.Syi’r-Syi’r legendaris juga banyak lahir dari medan perang seperti Syi’r-Syi’rnya Antarah, Syanfara dan lain-lainnya.

1.2  Sastra Arab Shodr Islam
1.2.1        Faktor Pendorong Perkembangan Sastra Jahiliy pada Masa Shodr Islam
Keberadaan sastra pada masa awal Islam dikenal dengan adab al-Mudharamain, sebuah karya sastra yang berkembang atau muncul pada dua masa, yaitu masa Jahiliyah dan awal Islam. Jenis sastra Arab ini memiliki karakteristik sejarah dab nilai yang sangat besar, karena jenis sastra ini hidup pada masa jahiliyah serta menggambarkannya dengan sangat detail, yaitu berpindahnya dari kehidupan jahiliyah pada kehidupan Islam. (Wildana dan Laily, 2008: 239).
Secara garis besar, kondisi geografis dan etnis adalah faktor yang cukup berpengaruh dalam perkembangan sastra khususnya pada masa jahiliyah. Menurut Juzif al-Hasyim (1968: 23) dalam bukunya al-Mufid, ada banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan sastra, yaitu: pertama adalah iklim dan tabiat alam. Puisi jahily terpengaruh begitu kuat dengan alam padang pasir dan kehidupan kaum badui, kata-katanya keras menggambarkan kehidupan yang keras, kesunyian, kerinduan. Uslubnya mirip-mirip antara penyair satu dengan yang lain yang merupakan refleksi dari pemandangan gurun hamper sama, imajinasi penuh dengan kesederhanaan. Kedua adalah ciri khas etnik, bangsa Arab menjadi bangsa yang lahir untuk memuja dan memuji sastra.


1.3  Masa Umayyah dan Abbasiyah
1.3.1    Pengaruh Filsafat dan Kebudayaan Masa Umayyah
            Pada masa Umayyah, masyarakat di seluruh kerajaan dibagi menjadi 4 kelas sosial. Kelas pertama ditempati para penguasa, kelas kedua adalah para muallaf non arab , kelas ketiga adalah anggota sekte-sekte dan para pemilik kitab suci yang diakui dan kelas terendah adalah kelas para budak (Wargadinata dan fitriani. 2008: 230), sehingga banyak menimbulkan pergolakan. Sejak awal pemerintahan yang merupakan hasil tipu daya hingga  menyebabkan perpecahan kelompok-kelompok dalam islam. Selain itu, pengaruh dari luar kerajaan seperti kerajaan Romawi, Persia, Turki dan lain-lain yang sangat kuat sehingga memunculkan banyak terjadinya pemberontakan.
            Pada masa Umayyah juga pemerintah lebih fokus pada futuhat al islamiyah, penaklukan wilayah-wilayah yang belum islam. Tercatat bahwa daerah kekuasaan umayyah sangatlah luas pada masanya. Perkembangan filsafat islam bermula pada filsafat Yunani. Ekspansi Iskandar Agung ke wilayah Persia yang menjadikan adanya pengaruh filsafat yunani dan budayanya di Persia. Iskandar agung tidak menghancurkan kebudayaan persia namun sebaliknya lebih ke arah menyatukan kebudayaan dua kerajaan ini. Hingga berkembanglah berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi di Persia. Telah dikenal bahwa Persia memiliki peradaban tinggi dan merupakan tempat pembibitan peradaban manusia sejak awal.
            Tapi tak nampak pengaruh Persia dalam kekuasaan Umayyah, karena mereka menomor satukan orang arab serta ibu kota daulah inipun masih dikuasai orang arab. Persia adalah orang non-arab dan sebutan untuk orang non-arab adalah mawali. Khalifah-khalifah  Umayyah mengangap bahwa kaum mawali tak pantas masuk ke dunia pemerintah, menurut mereka kaum mawali itu sama seperti budak. Walaupun bisa dikatakan tidak ada pengaruh dari bagsa Persia selama kekuasaan umayyah, tapi sastra tetap berkembang dapat dilihat dari munculya disiplin ilmu sastra seperti ma’ani, bayan serta badi’. Namun pada masa ini muncul tujuan baru berpuisi, yaitu:
1.      Puisi politik
Puisis politik pertama kali dibuat oleh Miskin Darimi yang diminta untuk mengubah dan membacakan di depan publik bait-bait puisi untuk merayakan pengangkatan yazid sebagai khalifah.( Hitti. 2010:315)
Munculnya berbagai golongan yang saling membanggakan, mendukung juga memicu berkembangnya tujuan puisi ini. Pada setiap golongan terdapat penyairnya masing-masing, seperti Qottori Ibnu Fuja’ah yang merupakan penyair dari golongan khawarij.
2.      Puisi polemik
Adalah jenis puisi  yang menggabungkan antara kebanggaan, pujaan dan celaaan.(Wargadinata dan fitriani. 2008:285)
3.      Puisi cinta
Ada dua jenis puisi ini yaitu puisi kebebasan cinta yang berkembang di perkotaan, mereka bebas menceritakan tentang sifat-sifat tubuh dan petualangan cinta sedangkan yang kedua puisi cinta murni tanpa hasrat yang menceritakan kesedihan dan kepedihan karena cinta. Seperti Qais Ibnu Al Mulawwih dengan qais dan lailanya.

1.3.2    Pengaruh Filsafat dan Kebudayaan Masa Abbasiyah
            Daulah Abbasiyah meneruskan daulah Umayyah. Pada masa Umayyah, orang Abbasiyah dan Persia serta mawali berada dalam ketidak adilan. Sehingga memunculkan inisiatif Abul Abbas As-Saffah yang merupakan pendiri daulah abbasiyah untuk melakukan pemberontakan yang dibantu orang Persia dan menghasilkan kemenangan. Bantuan dari Persia menjadikan khalifah-khalifah Abbasiyah tak memandang sebelah mata bangsa  Persia seperti khalifah-khalifah umayyah. Daulah Abbasiyah disebut dengan golden age karena peradaban ilmu sangat tinggi pada masa ini, selain itu khalifah –khalifah pada masa ini juga sangat mencintai ilmu dan berkontribusi sangat besar pada bidang illmu.
            Politik yang digunakan khalifah Abbasiyah berganti-ganti sesuai dengan keadaan masyarakatnya. Kebijakan pada kaum mawali yang dibolehkan memasuki bidang pemerintahanpun semakin memperkokoh kekuasaannya. Khalifah adalah orang arab, dewan dewan dalam pemerintahan adalah orang persia dan mawali. Jadi masa ini, banyak terdapat akulturasi antara abbasiyah dan Persia. Sistem pemerintahan yang meniru yunani Persia serta perkembangan ilmu filsafat yang menciptakan filsuf-filsuf klasik yang namanya tetap harum sepanjang sejarah filsafat.  Akulturasi filsafat yunani Persia dan abbasiyah melahirkan filsafat islam yang bercirikan religious. Diantaranya filsuf-filsuf islam alkindi, al farabi dan ibnu sina.
            Ada dua faktor mengapa masuknya budaya Persia:
1.      Pembentukan sistem pemerintahan
2.      Pindahnya ibu kota ke Baghdad yang jauh dari arab dan dekat dengan Persia
Perkembangan sastra juga sangat pesat pada masa ini,  ditandai dengan adanya madrasah nidzomiyah yang merupakan tempat khusus belajar sastra. Demikianlah bangsa Persia lebih banyak berasimilasi dengan daulah Abbasiyah ketimbang Umayyah.

1.3.3    Kemajuan Intelektual Masa Umayyah dan Abbasiyah
            Kemajuan intelektual paling penting selama periode Dinasti Umayyah terjadi dalam bidang penulisan puisi. Fakta bahwa kelahiran Islam tidak mendukung aktivitas kepenyairan terbukti dari tiadanya gairah para penyair untuk menggubah syair ketika Islam mendapatkan sukses gemilang selama masa penaklukan dan perluasan, sehingga gambaran Arab sebagai “negeri para penyair” tidak tampak sama sekali. Dengan naiknya Dinasti Umayyah ke panggung kekuasaan, keterkaitan lama dengan dewi-dewi anggur, lagu, dan puisi kembali dibangun. Untuk pertama kalinya penyir cinta benar-benar menampakkan eksistensinya dalam literature Arab. Sementara kebanyakan para penulis pra-Islam menyisipkan kata pengantar pada syair-syair panjang (qashidah) mereka dengan beberapa bait bernuansa erotis, tidak satupun dari mereka dapat dikatakan memiliki kecakapan khusus menggubah puisi cinta (ghazal). (Hitti, 2014: 313)
Tidak benar pendapat yang mengatakan bahwa zaman Bani Umayyah tidak memiliki kegemilangan ilmu pengetahuan. Karena Bani Umayyah adalah penyebab Bani Abbasiyah memiliki limpahan ilmu pengetahuan di bidang agama, bahasa Arab, maupun sejarah. Itulah yang menyebabkan masa  Harun Ar- Rasyid memilki limpahan ilmu pengetahuan, baik bahasa, sastra, dan penerjemahan berbagai disiplin ilmu pengetahuan. (Yusuf, 2007: 53). Sastra Arab mulai dikembangkan oleh Jahiz (w. 868-869), guru para sstrawan Baghdad, dan mencapai puncaknya pada abad ke-4 dan ke-5 Hijriyah melalui karya-karya Badi al-Zaman al-Hamadzani, al-Tsa’labi dan Naisaburi, da al-Hariri. (Hitti, 2014: 504).

1.3.4    Faktor yang Mempengaruhi Akulturasi Sastra Umayyah dan Abbasiyah
Menjalin Hubungan dengan Bangsa Lain (Al Ittishal Al Syu’ab)akan melahirkan pertukaran pemikiran, seni, dan sebagainya, sehingga diantara keduanya bisa saling member informasi. Kemajuan peradaban Daulah Abbasiyah di Baghdad dan Daulah Umayyah di Cordova merupakan hasil percampuran bangsa yang beraneka ragam.
Peristiwa ini memengaruhi pemikiran sastrawan dalam mewujudkn tema yang akan ditungkan, seperti yang pernah dilakukan Basyar, Abu Nuwas, Ibn Al-Rumi, dan sebagainya.




BAB III
Penutup

Kesimpulan
Kesusastraan yang digunakan pada masa jahiliy dengan masa setelahnya yaitu masa Shodr Islam, Masa Umayyah, dan Masa Abbasiyah sangat jauh berbeda. Karena sudah terlihat dari gaya bahasa yang mereka gunakan dengan berbagai faktor yang melatar belakanginya baik itu pearadaban dan sosialitas ataupun dengan menjalin interaksi atau hubungan dengan kelompok atau bangsa lain.
Kemajuan intelektual pada masa Umayyah dan Abbasiyah berkembang pesat dengan adanya berbagai bidang ilmu pengetahuan baik linguistic maupun sastra.




Daftar Pustaka
Hitti, Philip k. 2010. History of the Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Muzakki, Ahmad. 2006. Kesusastraan Arab Pengantar Teori dan Terapan. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Al-isy, Yusuf. 2007. Dinasti Abbasiyah. Jakarta Timur: Pustaka Al Kautsar.
Hitti, Philip k. 2014. History of the Arabs. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Wargadinata, Wildana dan Laily Fitriani. 2008. Sastra Arab dan Lintas Budaya. Malang: UIN-Malang Press
Al-Hasyim, Juzif. 1968. Al-Mufid. Beirut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar